Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu dengan sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di sekitarnya. Pada kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat interaksi tersebut, seperti masalah perkembangan teknologi, kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda asal daerah atau cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu daerah sementara kita berasal dari daerah lain.
Menurut Stewart (1974) Intercultural Communication adalah komunikasi yang terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiadat dan kebiasaan.
Dalam menjalani proses komunikasi antar budaya pasti akan mengalami suatu keterkejutan budaya yang berbeda dengan budaya kita.
Contohnya adalah bagi orang Bandung “mantog” dalam bahasa sunda adalah bahasa kasar yang artinya pulang atau pergi tetapi “mantog” di Rangkasbitung berarti terbentur.
Meningkatkan intercultural communication
-Mengenali dan mengurangi rasa kesukuan
Contoh : Front Betawi Rempug (FBR) yang terlalu fanatik dan mementingkan suku sendiri
- Berpikir terbuka
Contoh : Kita sering berpikir bahwa orang Batak itu pasti galak dan kasar karena mereka berbicara dengan nada keras
- Menghadapi ketakutan
Contoh : Takut bergaul atau berinteraksi dengan orang suku Dayak karena terkenal sering menggunakan jampi-jampi
- Menghindari perlengkapan yang berlebihan / tidak mencolok
Contoh : Orang asing yang datang ke Indonesia masih terbawa gaya Barat yang sering berpakaian terbuka
- Mengenali perbedaan dalam mengartikan pesan verbal dan nonverbal
Contoh : Kata orang Jawa “ini teh susu” yang berarti “ini adalah susu” sedangkan orang suku lain mengartikan bahwa teh yang dicampur susu
- Menghindari melanggar aturan adat
Contoh : Bagi suku Padang, wanita yang melamar pria. Bagi kebanyakan orang yang akan menikah dengan salah satu mempelai berasal dari Padang mengikuti tradisi ini
- Menghindari evaluasi perbedaan budaya secara negatif
Contoh : Orang yang menggunakan cadar atau berpakaian tertutup dianggap sebagai orang yang fanatik padahal bisa berarti mereka menjalankan ajaran agamanya
- Mengetahui bahwa culture shock (kekagetan pada suatu budaya baru) adalah hal yang normal
Contoh : Orang asing yang datang ke Jakarta untuk tinggal mengalami culture shock atas kemacetan kota Jakarta dan ketidakpedulian masyarakat kita terhadap hal-hal sekitar.
Menurut Stewart (1974) Intercultural Communication adalah komunikasi yang terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiadat dan kebiasaan.
Dalam menjalani proses komunikasi antar budaya pasti akan mengalami suatu keterkejutan budaya yang berbeda dengan budaya kita.
Contohnya adalah bagi orang Bandung “mantog” dalam bahasa sunda adalah bahasa kasar yang artinya pulang atau pergi tetapi “mantog” di Rangkasbitung berarti terbentur.
Meningkatkan intercultural communication
-Mengenali dan mengurangi rasa kesukuan
Contoh : Front Betawi Rempug (FBR) yang terlalu fanatik dan mementingkan suku sendiri
- Berpikir terbuka
Contoh : Kita sering berpikir bahwa orang Batak itu pasti galak dan kasar karena mereka berbicara dengan nada keras
- Menghadapi ketakutan
Contoh : Takut bergaul atau berinteraksi dengan orang suku Dayak karena terkenal sering menggunakan jampi-jampi
- Menghindari perlengkapan yang berlebihan / tidak mencolok
Contoh : Orang asing yang datang ke Indonesia masih terbawa gaya Barat yang sering berpakaian terbuka
- Mengenali perbedaan dalam mengartikan pesan verbal dan nonverbal
Contoh : Kata orang Jawa “ini teh susu” yang berarti “ini adalah susu” sedangkan orang suku lain mengartikan bahwa teh yang dicampur susu
- Menghindari melanggar aturan adat
Contoh : Bagi suku Padang, wanita yang melamar pria. Bagi kebanyakan orang yang akan menikah dengan salah satu mempelai berasal dari Padang mengikuti tradisi ini
- Menghindari evaluasi perbedaan budaya secara negatif
Contoh : Orang yang menggunakan cadar atau berpakaian tertutup dianggap sebagai orang yang fanatik padahal bisa berarti mereka menjalankan ajaran agamanya
- Mengetahui bahwa culture shock (kekagetan pada suatu budaya baru) adalah hal yang normal
Contoh : Orang asing yang datang ke Jakarta untuk tinggal mengalami culture shock atas kemacetan kota Jakarta dan ketidakpedulian masyarakat kita terhadap hal-hal sekitar.
No comments:
Post a Comment